Dunia Pendidikan Kita

Label:

Perubahan akan selalu terjadi, demikian pula dengan kurikulum selalu menjadi perdebatan yang panjang apabila kita membicarakannya. Ada yang setuju tetapi tidak sedikit yangt menolak. Sebagai seorang pendidik tidak seharusnya “terganggu” dalam menyampaikan bahan ajar bagi peserta didik hanya karena perubahan kurikulum. Apapun kurikulumnya atau materi yang diajarkan yang terpenting adalah bagaimana cara pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik. Kreatifitas mengajar dapat menjadi solusi bagi perubahan tersebut, tetapi kreatifitas tidak muncul dengan sendirinya, perlu ruang dan waktu untuk mencobanya.

Sebagian besar pendidik merasakan pelajaran berjalan sangat lama dan merasa materi tidak tertangkap dengan baik oleh peserta didi. Bagi pendidik, hal ini merupakan saat dimana “lampu kuning” sudah menyala. Lampu yang berada diantara warna merah dan hijau itu merupakan peringatan untuk berhati-hati, kurangi kecepatan dan berhenti saat lampu merah menyala, karena bila dilanjutkan dapat menjadi pelanggaran atau bahkan kecelakaan.

Waktu yang terasa lebih lama dari biasanya, kemungkinan berasal dari tidak adanya keterlibatan peserta didik. Menurut Henny Supolo Sitepu (2006:2) tanpa keterlibatan peserta didik kelas menjadi “mati” kemudian bukan hanya peserta didik yang semakin bosan, tetapi pendidik juga akan terkuras energinya dengan berbicara dan sibuk sendiri. Sering dijumpai situasi kelas dengan beberapa puluh peserta didik menatap ke depan, sebagian besar dengan pandangan kosong, karena kurang memahami apa yang dibicarakan oleh pendidik. Sebagian besar peserta didik juga kurang termotivasi dalam mempelajari matematika karena disamping cara penyajannya yang membosankan, peserta didik juga menganggap matematika hanyalah permainan angka-angka yang tidak ada manfaatnya dalam kehidupan mereka. Tidak sedikit peserta didik yang tidak tahu bahwa mathematics as human activity dan mathematics must be connected to reality. Untuk menjembatani pseserta didik menuju ke pemahaman matematika serta aplikasinya dalam kehidupan nyata dan dalam upaya memotivasi peserta didik dalam belajar matematika dengan memberdayakan teknologi, maka perlu diadakan suatu inovasi dalam aktifitas peserta didik diantaranya dengan Ekspedisi Matematika. Ekspedisi Matematika merupakan aktivitas peserta didik yang dilaksanakan dalam bentuk perjalanan peserta didik dalam memahami, mengaplikasikan dan menganalisis serta menyajikan hasil kerjanya dalam bentuk video rekaman tentang fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata, mengaitkan dengan materi matematika, desain grafis dan animasi yang dikerjakan secara mandiri oleh peserta didik dengan media komputer disertai dengan reportase oleh peserta didik. Ekspedisi matematika didesain dengan merujuk pada acara-acara televisi seperti jelajah, ekspedisi, discovery dan sebagainya yang belakangan ini menjadi tayangan favorit dan merupakan sarana yang efektif dalam mengajarkan pengetahuan tentang fenomena-fenomena di sekitar kehidupan manusia beserta peradabannya. Kegiatan ini memerlukan kreatifitas dan kemadirian siswa dalam mengekspresikan idenya dengan bimbingan pendidik (pemberian scaffolding) . Menurut Diana F. Steele (2001: 7) pendidik menggunakan ZPD untuk “Scaffold” pemikiran peserta didik. Ketika guru membantu peserta didik untuk “learn to do with the teacher what they could not do without the teacher” mereka berada pada ZPD. Kegiatan Ekspedisi Matematika mewujudkan amanah yang disampaikan Kurikulum 2004 yaitu tentang kurikulum lintas kompetensi. Dengan kegiatan tersebut peserta didik dapat belajar matematika sekaligus mempelajari Teknologi Informatika dan bermain peran serta melatih siswa bekerja sama. Walaupun membutuhkan fasilitas yang tidak sederhana, namun kegiatan ini masih memungkinkan untuk dilaksanakan oleh sebagian besar sekolah-sekolah. Dari hasil survey pada kegiatan Lomba Multimedia Pembelajaran di LPMP Jawa Tengah tahun 2006, memberikan informasi bahwa 60% guru peserta lomba telah memanfaatkan hardware yang diperlukan dalam Ekspedisi Matematika. Jika pihak sekolah belum mampu melaksanakan kegiatan tersebut karena masalah pembiayaan, salah satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah bekerja sama dengan pihak sponsor atau mengirimkan proposal kegiatan pada lomba yang diselenggarakan pihak lain. Sebagai contoh pemberian dana kegiatan Ekspedisi Matematika bertemakan Trigonometri Broadcast Studio oleh Citibank-Yayasan Hope Indonesia kepada SMA Ibu Kartini Semarang sebagai penghargaan ide kreatif guru SMA pemenang Citigrup Success Fund 2006.

0 komentar: